Kamis, 08 Oktober 2009
menurut Sigmund Freud :
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
Aliran psikoanalisis Freud merujuk pada suatu jenis perlakuan dimana orang yang dianalisis mengungkapkan pemikiran secara verbal, termasuk asosiasi bebas, khayalan, dan mimpi, yang menjadi sumber bagi seorang penganalisis merumuskan konflik tidak sadar yang menyebabkan gejala yang dirasakan dan permasalahan karakter pada pasien, kemudian menginterpretasikannya bagi pasien untuk menghasilkan pemahaman diri untuk pemecahan masalahnya.
Intervensi khusus dari seorang penganalisis biasanya mencakup mengkonfrontasikan dan mengklarifikasi mekanisme pertahanan, harapan, dan perasaan bersalah. Melalui analisis konflik, termasuk yang berkontribusi terhadap daya tahan psikis dan yang melibatkan tranferens kedalam reaksi yang menyimpang, perlakuan psikoanalisis dapat mengklarifikasi bagaimana pasien secara tidak sadar menjadi musuh yang paling jahat bagi dirinya sendiri: bagaimana reaksi tidak sadar yang bersifat simbolis dan telah distimulasi oleh pengalaman kemudian menyebabkan timbulnya gejala yang tidak dikehendaki.
sedangkan menurut Erik H erikson :
Erikson(1902-1994),memodifikasi dan memperluas dengan menekankan pengaruh masyarakat terhadap perkembangan kepribadian .Erikson adalah perintis perspektif tentang kehidupan(life span perspective).
Erikson menyatakan bahwa perkembangan ego bersifat seumur hidup dan erikson mencakup delapan tahap sepanjang rentang kehidupan.
Erikson membagi 8 tahap titik tolak perkembangan psikososial :
* Basic Trust vs Basic Mistrust (0-1 tahun) Pada tahap ini si anak sangat membutuhkan rasa aman. Bila rasa aman terpenuhi, maka anak akan mengembangkan dasar-dasar kepercayaan pada lingkungannya. misalnya,ketika anak menangis,apakah si ibu cepat tanggap atau tidak. pada tahap ini peranan ibu memainkan peran yang amat penting.
* Autonomy vs Shame & Doubt (2-3 tahun) Perasaan Mandiri vs Perasaan malu-malu dan ragu-ragu.
* Initiative vs Guilt (3-6 tahun) Pada tahap sebelumnya anak mengembangkan perasaan percaya diri dan mandiri, maka pada tahap ini anak akan mengambil inisiatif, yaitu perasaan bebas untuk melakukan segala sesuatu atas kehendak sendiri. Tetapi bila pada tahap sebelumnya anak mengembangkan perasaan ragu-ragu, maka anak akan selalu merasa bersalah dan tidak berani melakukan sesuatu atas kehendak sendiri.
* Industry vs Invferiority (6-11 tahun) Konflik pada tahap ini adalah perasaan sebagai seseorang yang mampu danvs perasaan rendah diri.
* Identity vs Role Confusion (mulai 12 tahun) Tahap ini anak dihadapkan pada dorongan yang kuat untuk mengenal siapa dirinya. Konflik yang dihadapi adalah perasaan menemukan dirinya sendiri vs kekaburan peran.
* Intimacy vs Isolation Individu mulai mencari-cari pasangan hidup. Oleh karena itu pada tahap ini yang dihadapi adalah kesiapan untuk berhubungan secara akrab dengan orang lain vs perasaan terkuat.
* Generativity vs Self-absorbtion Pada tahap ini adalah adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarga, pengabdian masyarakat, dan manusia pada umumnya.
* Ego integrity vs Despair Memasuki tahap ini,individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakannya di masa lalu akan menimbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya gagal, akan timbul kekecewaan yang mendalam.
0 komentar:
Posting Komentar