BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 23 November 2009

Mengukur Sikap Optimis dan Pesimis




Mengukur sikap optimis dan pesimis

Stress dapat terjadi karena tekanan yang berlebihan. Namun indikator tekanan berlebihan itu sangat tergantung pada sikap yang dimiliki seseorang. Sikap pesimis dan optimis sangat mempengaruhi sikap mereka terhadap stress yang dialami. Orang yang bersikap optimis bisa lebih mudah beradaptasi secara fisik maupun psikis terhadap stress dibanding mereka yang pesimistis.

Stress yang berat dan berkepanjangan akan mempengaruhi kesehatan fisik dan psikis seseorang . sementara itu dalam kehidupan sehari-hari kita melihat bahwa tidak semua orang memiliki reaksi yang sama terhadap  stress yang sama. Bahkan , gejal;a stress yang ringan bagi seseorang bisa dirasakan sebagai tekanan yang sangat berat bagi  orang yang lain  sehingga ia mengalami sakit yang berkaitan dengan stress tersebut.

Menurut Camille Wortman dkk dalam buku psychology, hal itu terjadi karena ada perbedaan kepribadian. Para ahli telah menelusuri bahwa dimensi kepribadian yang yang tampaknya berkaitan dengan stress dan penyakit yang ditimbulkan oleh stress adalah sikap optimis dan pesimistis  yang ada dalam diri seseorang. Berdasarkan hal tersebut ada baiknya jika anda mengetahui dan dapat mengukur termasuk kedalam jenis manakah anda, apakah kelompok pesimis atau optimis.

Contoh paling mudah untuk mengidentifikasikannya adalah dengan mengamati 2 jenis  sifat pekerja. Jika ada pekerja A yang dapat dengan tenang tidak menyelesaikan atau tidak menepati waktu deadline  atas pekerjaan yang dilakukannya maka pekerja ini tergolong ke dalam karyawan denagan sikap pesimis.

Seorang yang berjiwa optimis akan berusaha dengan segala kemampuannya untuk memenuhi danmematuhi jadwal deadline yang telah ditetapkan. Pekerja A tidak menyelesaikan pekerjaanya tepat waktu dengan alasan pekerjaan tersebut sulit dan memeiliki kendala. Seorang yang berjiwa optimis tidaklah demikian, ia akan terus berusaha untuk menyelesaikannya denagn menghadapi dan berusaha untuk menyelesaikan segala hambatan dan kendala yang ada.

Orang yang pesimistis cenderung menyalahkan diri sendiri jika terjadi masalah yang buruk. Misalnya dia berkata, ” ini kesalahan saya. ”  biasanya mereka juga berlebihan menyimpulkan masalah tersebut, dengan berkata, ” masalah ini nggak akan pernah selesai. ”  dan ” semua ikut kacau jadinya. ”  bahkan menurut Wortman, orang yang pesimistis langsung mengaitkan peristiwa kecil di masa lalu dan dianggapnya sebagai ancaman terhadap kemampuannya  untuk menghadapi masalah hari ini. Sebaliknya, orang yang bersiakap optimistis cenderung mengaitkan kejadian yang buruk dengan faktor diluar dirinya dan biasanya hanya bersikap terbatas serta sementara. ” itu bukan kesalahan saya. ” begitu biasanya mereka berkata  atau ” ini tidak boleh terjadi lagi. ” dan juga ” ini bukan akhir dunia. ” mereka yakin bahwa hal – hal yang baik akan terjadi pada mereka dan bahwa mereka akan mampu mengatasi akan mampu mengatasi masalah yang akan terjadi.

Seorang yang berjiwa optimis akan dianggap memiliki sikap mau menang sendiri atau tidak memperhatikan orang lain. Sebenarnya sikap optimis ini harus sesuai pada situasi dan kondisinya. Jika dilakukan dengan kadar yang berlebihan sikap optimis akan mengarah pada sikap mementingkan diri sendiri, mau menang sendiri, dan tidak memperdulikan orang lain atau memperhatikan orang lain.

Kerena sikap optimis yang harus sesuiai dengan situasi dan kondisinya maka dapa pula orang yang tidak mengetahui termasuk kelompok manakah dirinya. Untuk mengantisipasi hal ini dapat dilakukan dengan mengukur kecenderungannya. Untuk mengetahui bagaiman kecenderungan seseorang , termasuk optinis atau pesimistis, berikut ini adalah pertnyaan yang dipakai Scheier dan Carver untuk mengukurnya. Responden hanya diminta untuk menjawab ” ya ” atau ” tidak ” .
  Daftar pertanyaan di bawah ini tidak menjelaskan bagaimana cara mengukurnya, sehingga kita tidak bisa menggunakannya secar tepat. Namun demikian kita tetap dapat memanfaatkan pertanyaan – pertanyaan berikut ini sebagai bahan intropeksi, bahwa ada sudut – sudut pandang tertentui yang mungkin kurang kita sadari ternyata menjadi penting secara psikologis dan memperlihatkan kepribadian kita. Jika perlu, diskusikan dengan pakar yang anda percayai.
1.        apakah dalam waktu yang tidak tentu ( pada umumnya ) saya biasanya mengharapkan segala sesuatu yang terbaik?
2.       apakh jika sesuatu yang terjadi keliru bisa terjadim pada saya, maka akan terjadi?
3.       apakah saya selalu melihat sisi terang ( sisi baik ) sesuatu hal?
4.       apakah saya selalu optimis terhadap masa depan saya?
5.       apakah saya berusaha keras agar segala sesuatu berlangsung menurut cara saya?
6.       apakah segala sesuatu tidak pernah berhasil sesuiai dengan cara yang saya inginkan?
7.       apakah saya seorang yang percaya pada ide bahwa setiap mendung memiliki garis keperakannya?
8.       apakah saya jarang mengandalkan hal – hal baik yang terjadi pada diri saya?

Jawablah daftar pertanyaan yang diatas dengan jujur untuk dapat mengetahui kecenderungan sifat anda, apakah berjiwa pesimis atau optimis. Seorang yang berjiwa pesimis dapat sedikit memikirkan hal – hal positif dari suatu keadaan, sedangkan seorang yang optimis  jangan sampai berlebihan dengan cara lebih  memikirkan hal –hal negatif yang timbul. Seinbangkan keadaan negatif dengan keadaan positif, demikian pula sebaliknya agar anda menjadi orang yang optimis secara tepat.






0 komentar: